Kami menyediakan berbagai bahan kimia untuk pengolahan pertambangan emas ke seluruh indonesia bahan berpori yang menghilangkan senyawa organik dari cairan yang dikenal dengan proses adsorps dalam proses adsorpsi ini molekul organik yang terkandung dalam cairan akan tertarik dan terikat pada permukaan pori pori pada cairan yang dilaluinya engan hadirnya produk ini yang di gunakan di indonesia dan africa siap pakai tanpa di cuci dan ayak ini jelas menghemat waktu ph paper atau kertas ph adalah bahan kimia berbentuk kertas yang berubah warna jika dicelupkan kedalam air kadar ph dapat diketahui melalui warna yang dihasilkan jika kertas dicelupkan dan menghaliskan warna merah itu artinya cairan bersifat asam ph sampai 70 dan jika kertas ph berubah menjadi biru itu artinya cairan bersifat basa ph sampai 07 pada pertambangan terutama tambang emas kertas ph digunakan pada proses perendaman siraman serta tong proses pelarutan emas tanpa pengukuran ph asam basa larutan biasanya cendrung gagal ph paper ini cukup akurat untuk mengukur larutan ph ph paper atau kertas ph adalah bahan kimia berbentuk kertas yang berubah warna jika dicelupkan kedalam air kadar ph dapat diketahui melalui warna yang dihasilkan jika kertas dicelupkan dan menghasilkan warna merah itu artinya cairan bersifat asam ph sampai 70 dan jika kertas ph berubah menjadi biru itu artinya cairan bersifat basa ph sampai 07 natrium hidroksida naoh atau sering disebut caustic soda adalah merupakan bahan kimia yang digunakan dalam berbagai industri dalam pemrosesan nya, air raksa, sodium sianida, sianit, cn, karbon aktif platinum, power gold, borak, borax decadydrate, soda api, pb nitrat, asam sulfat, nitric acid, hidrogen peroksida, klorida, hcl, peralatan, pengolahan, pertambangan.
www.tambangemas.co.id/power_gold ,
www.tambang-emas.com/2013/09/power-gold.html ,
www.airraksa.com/2013/09/power-gold_13.html ,
www.tambangemasindonesia.com/product/power-gold-p244811.aspx ,
www.kimiatambangemas.com/product/power-gold-p35273.aspx ,
www.anekatambangemas.com/2013/09/power-gold_87.html ,
www.tambang-emas.com ,
www.tambangemasindonesia.com ,
www.tambangemas.co.id ,
www.anekatambangemas.com ,
www.kimiatambangemas.com ,
www.intialamkimia.com ,
www.airraksa.com ,
www.tambangemas.co.id/borak ,
www.tambang-emas.com/2013/09/borax-decahydrate.html ,
www.airraksa.com/2015/01/borak.html ,
www.tambangemasindonesia.com/product/borak-p243725.aspx ,
www.anekatambangemas.com/2013/09/borax.html ,
www.kimiatambangemas.com/product/borak-borax-p35278.aspx ,
www.intialamkimia.com/borak/
grasberg dengan cadangan sekitar 100 juta troy ounce tambang yang masif ini dimiliki oleh freeport mcmoran namun dengan sharing dalam skala tertentu lokasinya ada di ketinggiahn 4300 meter atau 14000 kaki faktanya grasberg sejauh ini lebih dikenal sebagai produsen tembaga oleh karenanya merupakan terbesar di dunia operasi tambangnya terdiri dari open pit dan underground cadangan lain dari freeport adalah uranium yang merupakan bahan baku nuklir untuk cadangan ini nilainya belum diperhitungkan
Perkembangan sektor industri sampai akhir Pelita II dapat disimpulkan terus berjalan dengan mantap. Selain terus memelihara tingkat produksi yang telah tercapai, berbagai unit produksi telah melakukan pula kegiatan-kegiatan perluasan. Di samping itu proyekproyek yang selesai dibangun dalam rangka penanaman modal, baik asing maupun dalam negeri, semakin bertambah. Sejak Pelita I sampai Pelita II, berbagai produk yang dibuat di dalam negeri telah dapat memenuhi kebutuhan dalam negeri, baik dalam jumlah maupun mutu. Sebagian besar barang-barang tersebut merupakan barangbarang substitusi impor.
Kemajuan sektor industri dalam Pelita II antara lain dapat dilihat dari volume produksi yang dicapai oleh berbagai sektor industri. Kemajuan tersebut disebabkan oleh perkembangan penanaman modal di sektor industri khususnya dalam tahun-tahun terakhir Repelita II.
Hingga akhir Maret 1979 tercatat 515 proyek industri dalam rangka PMA dengan rencana investasi sebesar US $ 2.887.504.000 sedang jumlah tenaga yang diserap adalah 287.672 orang (Indonesia dan asing). Dalam rangka PMDN tercatat 2.079 proyek industri dengan rencana investasi sebesar Rp 1.980.606 juta dan jumlah tenaga kerja yang ditampung sebesar 646.504 orang (Indonesia dan asing). Ke 515 proyek industri PMA tersebut di atas merupakan 65% dari seluruh proyek PMA yang disetujui Pemerintah dengan rencana investasi sebesar 39% dari seluruh investasi dalam proyek PMA, serta menyerap 69% tenaga kerja dari jumlah tenaga kerja yang diserap oleh seluruh proyek PMA.
Di bidang PMDN, jumlah proyek industri merupakan 60% dari seluruh proyek PMDN dengan rencana investasi + 57% dari seluruh jumlah investasi PMDN, sedangkan tenaga kerja yang ditampung ± 51% dari jumlah tenaga kerja yang diserap oleh seluruh proyek PMDN.
Dengan tingkat perkembangan sektor industri yang telah tercapai sampai dewasa ini, maka kini sedang disusun pola kebijaksanaan pemberian fasilitas dan insentip bagi penanaman modal di Indonesia untuk lebih merangsang pertumbuhan industri dasar (primer) yang mengolah bahan mentah, baik dari hasil ini maupun pertanian menjadi bahan baku atau bahan/barang setengah jadi. Industri dasar/ primer ini umumnya berskala besar, padat modal, teknologi tinggi dan lambat pengembalian modalnya. Di samping itu kebijaksanaan tersebut ditujukan pula untuk menciptakan industri yang mampu mengekspor hasil-hasil produksinya. Penting dalam hal ini adalah usaha penyempurnaan kebijaksanaan pemberian fasilitas/insentip penanaman modal secara terpadu dengan memperhitungkan semua aspek penunjangnya. Dengan demikian industri tersebut selain dapat dirangsang untuk berdiri dan tumbuh dalam skala yang sehat dengan sekaligus menghasilkan manfaat ekonomis yang sebesar-besarnya, baik untuk industri itu sendiri maupun bagi pertumbuhan industri lebih lanjut. Berikut ini disajikan gambaran perkembangan masing-masing bidang industri selama Pelita II serta masalah-masalahnya.
Aneka Industri
Bidang industri ini meliputi industri-industri pangan, kulit, pengolahan kayu, tekstil dan lain-lain selama Repelita II perkembangan bidang industri ini ditandai dengan kenaikan produksi, peningkatan mutu, penambahan corak dan ragam produk serta mantapnya iklim industri. Beberapa perusa-haan baru, yang didirikan dalam rangka Penanaman Modal Asing (PMA), Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) maupun modal swasta nasional lainnya, sudah mulai berproduksi.
Produksi rokok kretek selama Repelita II meningkat dari tahun ke tahun. Pada tahun terakhir Pelita II produksi mencapai 45.200 juta batang, yang berarti 10,5% lebih tinggi dari produksi tahun sebelum nya. Jika dibandingkan dengan produksi tahun pertama Pelita II yang besarnya 30.600 juta batang, maka selama 4 tahun telah dicapai peningkatan sebesar ± 48,6%.
Industri pangan pada umumnya, telah meningkat sesuai dengan meningkatnya jumlah penduduk dan pendapatan masyarakat. Peningkatan juga terjadi dalam hal penggunaan bahan baku.
Untuk minyak goreng dan sejenisnya misalnya kini telah digunakan pula minyak kelapa sawit sebagai bahan baku. Dengan usaha ini kekurangan bahan baku yang selama ini hanya bergantung pada kopra, diharapkan akan dapat diatasi. Pengolahan berbagai macam hasil pertanian, petemakan dan perikanan semakin meningkat pula. Produk-produk industri pangan tradisional seperti kerupuk, emping melinjo, dan sebagainya bahkan telah diekspor.
Sektor industri tekstil memperlihatkan perkembangan yang cukup menggembirakan setelah dilaksanakan berbagai kebijaksanaan, seperti rehabilitasi, modernisasi, perluasan dan pembangunan unit-unit baru. Dalam hubungan ini produksi benang tenun pada tahun ke lima Repelita II naik dari 678.3 ribu bal pada tahun 1977/78 menjadi 900 ribu bal. HaI ini berarti kenaikan sebesar 32,6% dalam tahun terakhir Repelita II. Dibandingkan dengan produksi awal Re- pelita II yang besarnya 316,2 ribu bal, maka selama 5 tahun telah terjadi peningkatan sebesar 184,6%. Juga produksi tekstil meningkat dari talrun ke tahun. Dalam tahun 1978/79 dicapai 1.400 juta meter, yang berarti peningkatan sebesar 51,1% jika dibandingkan dengan produksi tahun 1973/74 yang besarnya 926,7 juta meter. Dengan dicapainya produksi sebesar 1.400 juta ini maka sasaran produksi telah dapat dipenuhi. Bersamaan dengan peningkatan volume produksi terjadi pula peningkatan ragam dan jenis serta mutu produksi. Sementara telah diambil langkah-langkah dalam rangka usaha pemerataan hasil pembangunan, perbaikan struktur pemilikan unit-unit produksi, perluasan kesempatan kerja serta perluasan kesempatan berusaha bagi golongan ekonomi lemah, antara lain dengan penutupan izin khusus- nya untuk penanaman modal di pulau Jawa, kecuali industri pakaian jadi yang bersifat padat karya. Sedang izin perluasan usaha lainnya dapat disetujui jika golongan ekonomi lemah diikut sertakan.
Pengembangan industri kulit menunjukkan hasil yang cukup baik, walaupun pada akhir-akhir ini mengalami hambatan dengan berkurangnya bahan baku kulit. Untuk mengatasi masalah ini sedang dipersiap-kan langkah-langkah pengendalian untuk menjaga adanya keseimbang- an antara kebutuhan industri dalam negeri dengan keperluan ekspor kulit mentah ke luar negeri.
Keadaan yang sama dialami oleh industri kayu. Dalam hal ini telah diambil langkah-langkah dengan pengaturan jumlah penyediaan kayu bulat untuk bahan baku industri dalam negeri.
Dalam Pelita II industri kayu merupakan industri yang paling cepat perkembangannya. Hal ini wajar mengingat potensi kayu di dalam negeri yang besar dan peranannya yang penting. Kayu merupakan salah satu bahan kebutuhan pokok di samping sandang dan pangan. Dimasa mendatang peranan kayu tidak hanya sebagai penghasil devisa saja, melainkan juga sebagai penunjang program Pemerintah untuk tneningkatkan kesejahteraan dan perataan kemakmuran di bidang pengadaan rumah murah yang sehat. Program ini akan lebih banyak memerlukan bahan baku dari sektor industri kayu.
Di bidang industri perkayuan jenis-jenis industri penggergajian dan kayu lapis merupakan jenis-jenis yang paling cepat berkembang. Industri penggergajian telah mulai tumbuh dengan kecepatan rata-rata 30,75 % per tahun dan industri kayu lapis dengan rata-rata 56,27 % per tahun. Pesatnya pertumbuhan industri kayu tersebut dimungkin- kan antara lain oleh besarnya potensi kayu penghara dari pengelolaan hasil hutan serta usaha-usaha Pemerintah untuk membina, mengembangkan serta meningkatkan ketrampilan pengolahan kayu. Perkembangan industri kayu ini telah ikut pula mendorong perekonomian daerah serta menunjang perluasan pemerataan pembangunan ke daerah, terutama ke luar Jawa, yang merupakan daerah pengliasil kayu ter- besar.
Disamping ke dua jenis industri tersebut di atas telah berkembang pula industri perabot rumah tangga, “moulding”, “wooden stick”, rumah “prefab”, cabinet televisi dan banyak lagi jenis-jenis industri lainnya, baik dalam skala besar maupun skala kecil. Jenis industri ini pada umumnya banyak menyerap tenaga kerja dan dapat diusahakan oleh
pengusaha golongan ekonomi lemah, sehingga hal ini berarti pula banyak menciptakan kesempatan kerja. Dalam bidang industri pengolahan kayu primer pada waktu ini terdapat 16 buah perusahaan kayu. lapis yang mengolah 1.186.875 m3 kayu bulat dan 2.850 buah perusahaan penggergajian kayu yang mengolah 13.256.202 m3 kayu bulat. Di samping itu sedang dipersiapkan pembangttnan industri kayu lapis baru. Dalam hubungan ini telah direncanakan 17 perusahaan yang dapat mengolah 1.148.344 m3 kayu bulat dan 48 buah perusahaan penggergajian kayu yang akan mampu mengolah 3.055.360 m3 kayu bulat. Pada saat ini potensi industri pengolahan kayu primer belum sepenuhnya dapat dimanfaatkan terutama karena jumlah kayu bulat yang diekspor semakin meningkat akibat kenaikan harga ekspor di pasaran internasional dan masih rendahnya daya beli masyarakat dalam negeri. Un- tuk mengatasi hal ini telah diambil beberapa kebijaksanaan, berupa kewajiban penyediaan kayu penghara untuk industri dalam negeri oleh pemilik Hak Pengusahaan Hutan (HPH) dan kebijaksanaan penetapan harga kayu dalam negeri.
Pada saat ini merupakan negara pengekspor kayu bulat terbesar di Asia, namun jumlah ekspor kayu olahan (sebagian besar kayu gergajian) saat ini baru merupakan 3,5% dari seluruh volume ekspor kayu atau 6,7 /% dari seluruh nilai ekspor. Sementara jumlah produksi kayu yang dipergunakau untuk konswnsi dalam negeri merupakan ± 99% bahan baku industri plywood, 79% industri penggergajian, serta 100% industri veneer, cheap dan moulding. Dari data-data tersebut jelaslah bahwa kayu olahan dalam negeri diserap oleh industri-industri perkayuan yang terus meningkat dengan cepat. Potensi penyerapan akan meningkat lagi mengingat program Pemerintah dibidang perumahan murah dan sehat serta di bidang transmigrasi, yang diharapkan akan mencapai 500.000 kepala keluarga ke luar Jawa pada Pelita III Di samping itu perlu pula dicatat meningkatnya pembangunan perumahan oleh masyarakat. Di lain pihak jika dibandingkan dengan negara-negara ASEAN lainnya konsumsi kayu di Indonesia adalah yang paling rendah yaitu 0,04 m3/kapita per tahun.
Perkembangan produksi industri kayu gergajian selama Pelita II menunjukkan peningkatan yang cukup tinggi. Hal ini mendorong per
tumbuhan industri kayu lapis hingga jenis industri inipun menunjukkan perkembangan yang meyakinkan. Produksinya meningkat cukup tinggi tiap tahunnya. Dalam tahun kelima Repelita II produksi kayu lapis berjumlah 35.616.000 lembar atau 424.000 m³, yang berarti mengalami kenaikan sebesar ± 95% jika dibanding dengan produksi tahun sebelumnya. Dibanding dengan tahun pertama Repelita II tercatat peningkatan sebesar 493,1 % bidang Ancka Industri pada tahun Kc-lima Repelita II pada umumnya menunjukkan perkembangan yang meningkat apabila dibandingkan dengan produksi pada tahun sebelumnya gambaran ini dapat dilihat pada Tabel VIII-1. Menurut Tabel tersebut produksi sabun cuci pada tahun 1978/79 mengalami kenaikan sebesar 20%, ban dalam sepeda 5%, ban luar sepeda 5%, tapal gigi 14%, detergen 30%, dan lain-lain bidang industri aneka saat ini masih menggunakan bahan-bahan dan komponen impor. Untuk mengatasi ketergantungan tersebut, telah dilancarkan suatu program untuk segera mengalihkan secara bertahap pembuatan bahan-bahan/komponen yang masih diimpor di dalam negeri. “Deletion Program” ini telah dimulai terhadap beberapa produk dan akan terus diperluas ke beberapa jenis produk lainnya. Untuk mempercepat pelaksanaan telah digiatkan pula usaha-usaha subcontracting dalam program tersebut. Usaha-usaha ini diharapkan sekaligus dapat merangsang dan menumbuhkan industri baru di bidang bahan-bahan dan komponen keperluan industri. Dilain pihak dukungan atau partisipasi masyarakat, khususnya para usahawan sangat diperukan usaha-usaha perlindungan industri dalam negeri terus dilakukan dan disempumakan. Dalam hubungan ini dapat dicatat dikeluarkan-nya beberapa kebijaksanaan antara lain tentang Ketentuarn Pengimporan Barang (dikeluarkan tanggal 13 Desember 1978) untuk mengganti`kan peraturan sebelumnya (dikeluarkan tanggal 31 Desember 1976). Di samping itu telah pula diusahakan peraturan-peraturan mengenai Harga Patokan dan standar Harga Patokan Indonesia, masingmasing tanggal 3 April 1976 dan 25 April 1978 produk, bahan kimia, kami antara lain, air raksa, sodium sianida, sianit, cn, karbon aktif platinum, power gold, borak, borax decadydrate, soda api, pb nitrat, asam sulfat, nitric acid, hidrogen peroksida, klorida, hcl, peralatan, pengolahan, pertambangan.
www.tambangemas.co.id/power_gold ,
www.tambang-emas.com/2013/09/power-gold.html ,
www.airraksa.com/2013/09/power-gold_13.html ,
www.tambangemasindonesia.com/product/power-gold-p244811.aspx ,
www.kimiatambangemas.com/product/power-gold-p35273.aspx ,
www.anekatambangemas.com/2013/09/power-gold_87.html ,
www.tambang-emas.com ,
www.tambangemasindonesia.com ,
www.tambangemas.co.id ,
www.anekatambangemas.com ,
www.kimiatambangemas.com ,
www.intialamkimia.com ,
www.airraksa.com ,
www.tambangemas.co.id/borak ,
www.tambang-emas.com/2013/09/borax-decahydrate.html ,
www.airraksa.com/2015/01/borak.html ,
www.tambangemasindonesia.com/product/borak-p243725.aspx ,
www.anekatambangemas.com/2013/09/borax.html ,
www.kimiatambangemas.com/product/borak-borax-p35278.aspx ,
www.intialamkimia.com/borak/